Muhammad Nur atau yang lebih
dikenal dengan nama Nur Sutan Iskandar lahir pada tanggal 3 November
1893 di Sungaibatang, Maninjau, Sumatera Barat. Adapun asal usul namanya
menjadi Nur Sutan Iskandar bermula ketika ia menikahi Aminah. Oleh keluarga
Aminah, ia diberi gelar Sutan Iskandar. Sejak itu, ia memakai gelar itu
dipadukan dengan nama aslinya menjadi Nur Sutan Iskandar.
Dari perkawinannya dengan Aminah itu, Nur Sutan memperoleh lima anak:
1) Nursinah Supardo, lahir 5 Januari 1918, 2) Nursjiwan Iskandar,
lahir 6 November 1921, 3) Nurma Zainal Abidin, lahir 24 Mei 1925, 4) Nurtinah
Sudjarno lahir 7 Agustus 1928, dan 5) Nurbaity Iskandar, lahir 22 Maret
1933. Dua dari lima
anaknya, yaitu Nursinah Supardo dan Nursjiwan Iskandar menuruni bakatnya, gemar
dengan dunia karang mengarang.
Nur kecil menghabiskan masa kanak-kanaknya
di tempat kelahirannya, Sungaibatang. Sungai Batang itu terletak di tepi Danau
Maninjau. Keindahan kampungnya dan suasana kehidupan masyarakat di kampungnya
itu, betul-betul diresapinya. Hal ini terlihat kemudian dari karya-karya yang
dilahirkannya. Dallam Pengalaman Masa Kecil (1949), misalnya, Nur Sutan
Iskandar dengan jelas bercerita tentang keindahan kampung halamannya dan suka
duka masa kecilnya. Sementara itu, dalam Apa Dayaku karena Aku Perempuan (1923),
Cinta yang Membawa Maut (1926), Salah Pilih (1928), dan Karena
Menua (1932), ia banyak bercerita tentang kepincangan yang terjadi dalam
masyarakatnya, khususnya yang berkaitan dengan adat istiadat.
Nur Sutan Iskandar menamatkan pendidikan
sekolah rakyatnya pada tahun 1909. Setahun berikutnya, ia diangkat menjadi guru
bantu di sekolah yang sama. Setelah itu, ia pindah ke kota
Padang.
Selanjutnya tahun 1919, ia meninggalkan kota Padang dan hijrah ke Jakarta.
Di Jakarta, ia bekerja di Balai Pustaka mengoreksi
naskah-naskah karangan yang masuk ke redaksi. Ia mendapat tugas itu dari Sutan
Muhammad Zein, Pemimpin Balai Pustaka saat itu. Di Balai Pustaka itulah, ia
banyak memperoleh pengalaman dan pengetahuan mengenai dunia karang
mengarang dan juga mulai terasah bakatnya ke arah itu.
Ketika berkesempatan
mengikuti Kongres Pemuda di Surabaya (1930-an), ia berkenalan dengan Dokter
Sutomo, tokoh pendiri Budi Utomo. Oleh Dr. Sutomo, ia diajak berkeliling kota Surabaya.
Hampir semua tempat di sana
mereka kunjungi, tidak terkecuali tempat pelacuran. Bakat menulisnya yang sudah
tumbuh, mulai memainkan peran. Pengalaman di tempat pelacuran itu, kemudian
dituangkannya menjadi karangan yang diberi judul Neraka Dunia (1937).
Meskipun hanya berijazah sekolah dasar, Nur
Sutan Iskandar dikenal sebagai orang yang haus akan ilmu pengetahuan. Oleh
karena itu, sambil bekerja ia terus berusaha untuk menambah pengetahuannya,
baik secara formal maupun nonformal. Pada tahun 1921, ia dinyatakan lulus dari Kleinambtenaar
‘pegawai kecil’ di Jakarta dan tahun 1924, ia juga mendapat ijazah dari Gemeentelijkburen
Cursus ‘Kursus Pegawai Pamongpraja’ di Jakarta. Sementara itu, ia juga
terus memperdalam kemampuan berbahasa Belandanya.
Berkat ketekunannya, ia diangkat sebagai
Pemimpin Redaksi Balai Pustaka (1925—1942) dan Kepala Pengarang Balai
Pustaka (1942—1945). Pada saat-saat itulah, kekereatifannya sebagai penulis
sangat berkembang. Nur Sutan Iskandar termasuk penulis yang produktif. Tidak
saja menulis karya asli, ia juga menulis karya saduran dan terjemahan. Hal itu
dimungkinkan karena penguasaan bahasa asingnya cukup baik.
Tokoh Angkatan Balai Pustaka ini (seangkatan dengan Merari Siregar,
Marah Rusli, dan Hamka) menghembuskan nafasnya yang terakhir di Jakarta, pada usia 82
tahun, tepatnya tanggal 28 November 1975.
Karya Nur Sutan Iskandar
Sebagai pengarang, Nur
Sutan Iskandar tergolong produktif. Selama hidupnya, ia berhasil menulis
puluhan buku, baik karya asli, saduran, maupun terjemahan. Berikut ini adalah
daftar karya-karyanya yang sudah diterbitkan.
a) Karya Asli
(1) Apa Dayaku karena
Aku Perempuan (Jakarta: Balai Pustaka, 1923)
(2) Cinta yang Membawa Maut
(Jakarta: Balai Pustaka, 1926)
(3) Salah Pilih (Jakarta:
Balai Pustaka, 1928)
(4) Abu Nawas (Jakarta:
Balai Pustaka, 1929)
(5) Karena Mentua (Jakarta: Balai Pustaka, 1932)
(6) Tuba Dibalas dengan
Susu (Jakarta: Balai Pustaka, 1933)
(7) Dewi Rimba (Jakarta:
Balai Pustaka, 1935)
(8) Hulubalang Raja (Jakarta:
Balai Pustaka, 1934)
(9) Katak Hendak Jadi Lembu
(Jakarta: Balai Pustaka, 1935)
(10) Neraka Dunia (Jakarta: Balai
Pustaka, 1937)
(11) Cinta dan Kewajiban (Jakarta:
Balai Pustaka, 1941)
(12) Jangir Bali (Jakarta: Balai
Pustaka, 1942)
(13) Cinta Tanah Air (Jakarta:
Balai Pustaka, 1944)
(14) Cobaan (Turun ke Desa) (Jakarta:
Balai Pustaka, 1946)
(15) Mutiara (Jakarta: Balai Pustaka, 1946)
(16) Pengalaman Masa Kecil (Jakarta:
Balai Pustaka, 1949)
(17) Ujian Masa (Jakarta: JB
Wolters, 1952, cetakan ulang)
(18) Megah Cerah: Bacaan untuk Murid
Sekolah Rakyat Kelas II
(Jakarta: JB Wolters, 1952)
(19) Megah Cerah: Bacaan untuk Murid
Sekolah Rakyat Kelas III (Jakarta: JB Wolters, 1952)
(20) Peribahasa (Karya bersama
dengan K. Sutan Pamuncak dan Aman Datuk Majoindo. Jakarta: JB Wolters, 1946)
(21) Sesalanm Kawin (t.t.)
|
b) Karya Saduran
(1) Si Bakhil (Moliere. Jakarta: JB Wolters, 1926)
(2) Pelik-pelik Pendidikan I--IV (Jan Ligthrta. Jakarta: JB
Wolters, 1952).
c. Karya Terjemahan
(1) Tiga Orang Panglima Perang (Alexander
Dumas: Balal Pustaka, 1922)
(2) Dua Puluh Tahun Kemudian (Alexander
Dumas. Jakarta:
Balai Pustaka, 1925)
(3) Graaf de Monte Cristo I--IV (Alexander
Dumas. Jakarta:
Balai Pustaka, 1925)
(4) Belut Kena Ranjau I--Il (Banonesse Orczy. Jakarta:
JB Wolters, 1951)
(5) Anjing Setan (A. Conan Doyle. Jakarta:
Balai Pustaka, 1928)
(6) Anak Perawan di Jalan Sunyi (A.
Conan Doyle. Jakarta:
Balai Pustaka, 1928)
(7) Gudang Intan Nabi Sulaeman (H.
Rider Haggard. Jakarta:
Balai Pustaka, 1929)
(8) Kasih Beramuk dalam Hati (Beatrice
Harraden. Jakarta:
Balai Pustaka, 1931)
(9) Memperebutkan Pusaka Lama (Edouard
Kijzer. Jakarta:
Balai Pustaka 1932) V
(10) Iman dan Pengasihan I--IV (H.
Sienkiewicz. Jakarta:
Balai Pustaka, 1933)
(11) Permainan Kasti (F.H.A.
Claesen. Jakarta:
Balai Pustaka, 1940)
(12) Perjalanan Ahmad ke Eropa (N.K.
Bieger. Jakarta:
Balai Pustaka, 1940)
(13) Sayur-Sayuran Negeri Kita (J.J.
Ochse. Jakarta:
Balai Pustaka, 1942)
(14) Pablo (Lidow. Jakarta:
Penerbit dan Balai Buku Indonesia,
1948)
(15) Asal Binatang (Giane
Anguissola. Jakarta:
t.p., 1948)
(16) Si Buyung (S. Franke. Jakarta: t.p., 1949) V
(17) Bersiap (C.
Wilkeshuis. Jakarta:
Noorhoffkolff, 1949)
(18) Pengajaran di Sweden (Jan
Lighthart. Jakarta:
JB Wolters,
(19) Sepanjang Garis Kehidupan (R.
Kasimier. Jakarta:
JB Wolters,1951)
(20) Medan
Perdagangan (K. Gritter. Jakarta:
JB Wolters, 1951)
(21) Edison Sripustaka (K. Gritter.
Jakarta:
Balai Pustaka, t.t.)
(22) Maw Volksalmanak (K. Gritter. Jakarta: Balai Pustaka,
t.t.)
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar